CATATAN SEMINAR INTERNASIONAL PELESTARIAN PANJI/INAO
SELASA-RABU, 10-11 JULI 2018, AUDITORIUM PERPUSNAS RI
Naskah Cerita Panji Sebagai Ingatan Dunia
Berdasarkan
sertifikat Memory of the World (MoW) UNESCO tanggal 30 Oktober 2017, ditetapkan
bahwa Naskah Cerita Panji (Panji Tales Manuscripts) yang merupakan “joint
nomination” dari beberapa Perpustakaan Nasional (Indonesia, Malaysia, Kamboja,
Belanda), serta dukungan dari British Library, sebagai Memory of the World
(Ingatan Dunia).
Naskah
Panji melengkapi deretan MoW, warisan dokumenter yang dimiliki Perpustakaan
Nasional RI selain Negara Kertagama dan Babad Dipenogoro. Cerita Panji terjadi
pada masa Kerajaan Kediri di Jawa Timur. Tokoh utama dalam Cerita Panji
tersebut adalah Raden Panji Inu Kertapati dan Dewi Candrakirana. Cerita Panji
merupakan cerita roman yang memiliki nilai universal. Kepopuleran Cerita Panji
merambah Asia Tengggara dengan aksara dan bahasa yang berbeda.
Hal
ini mengindikasikan bahwa Cerita Panji telah diapresiasikan dan dilestarikan secara
baik oleh masyarakat. Sebagai salah satu upaya melestarikan dan mengangkat
nilai budaya Jawa Timur sebagai “ikon” serta warisan budaya bersama. Selain itu
untuk menindaklanjuti penghargaan UNESCO terhadap Naskah Cerita Panji sebagai
“ingatan dunia” perlu dilakukan promosi, sosialisasi terkait isi yang
terkandung dalam naskah sebagai warisan budaya documenter khususnya untuk
meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai luhur dan cita-cita panji.
Kajian Panji Dari Jaman Ke Jaman
Dunia
dan cerita panji tersedia dalam berbagai bentuk : tarian, teater, wayang,
patung, lukisan, dan juga naskah tulisan tangan. Variasi dan keberadaan naskah
panji di sejumlah koleksi internasional dan dalam sejumlah bahasa dari jaman ke
jaman. Dari
awal penelitian budaya Indonesia di abad ke-17, cerita panji telah menarik
perhatian para ilmuwan. Perhatian
itu sampai saat ini tak pernah padam. Salah satu perkembangan yang sangat
penting untuk pelestarian budaya panji dan untuk memajukan kajiannya adalah
website Panji Tales. Website itu akan menampilkan seratus naskah panji dalam
delapan bahasa beserta kajian panji dari jaman ke jaman. Dari
segi sejarah, kedatangan Jawa ke Tanah Melayu sejak jaman Kesultanan Melaka.
Lebih menyorot soal cinta yang menjadi pencetus kepada elemen-elemen lain dalam
cerita panji. Panji mengembara dalam ukiran relief di candi-candi jaman
Majapahit. Membangkitkan apresiasi masyarakat kepada sastra dan tradisi panji.
Panji Diplomat Budaya Indonesia
Kisah
dan budaya Panji/Inao yang terkenal pertama kali muncul pada abad ke-14 di Jawa
Timur, lalu menjadi sangat populer dan menyebar ke pulau-pulau lain di
Indonesia, seperti Bali, Lombok, Kalimantan, dan Jawa. Kisah Panji
menginspirasi perkembangan seni pertunjukan, seperti tarian, teater, wayang dan
topeng. Literatur dan seni pertunjukan kemudian menyeberangi lautan ke Negara
lain di kawasan ASEAN, seperti Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan
Vietnam. Pengaruh itu dideskripsikan oleh cendekiawan Adrian Vickers : “Sebuah
civilization Panji/Inao di Asia Tenggara”.
Panji
adalah “diplomat budaya Indonesia” perlu daya kreativ seniman/budayawan dalam
menginovasi cerita panji di jaman milenial ini. Cerita panji adalah cerita
keluarga Indonesia, maka perlu segera dibuat dongeng cerita panji yang merakyat,
sehingga dapat kembali diingat oleh anak generasi milenial. Indonesia adalah
bangsa yang besar, kita semua harus bangga dengan kebesaran masa lalu tentang
perjuangan para pendahulu dalam membesarkan bangsa. Sebagaimana kita ketahui
banyaknya monumen-monumen masa lalu yang menyimpan karya nyata kolektif masa
lalu.
Puluhan
ribu naskah tersimpan di Perpusnas RI dari segala bahasa dan naskah ini berisi
karya para leluhur bangsa Indonesia, seperti karya-karya agung bangsa Melayu,
Hikayat Hangtuah, Prapanca, Nagarakertagama, La Gigo, Babad Dipenogoro,
Siksakandhang Karesian, Amama Gappa. Salah satu yang sangat fenomenal dan
massal adalah Cerita Naskah Panji yang tersebar sampai ke Asia Tenggara. Panji
(Indonesia) Inao (Asia Tenggara) harus dilestarikan dan dirayakan sebagai
warisan bersama. Cerita panji berkembang di Indonesia, Thailand, Malaysia,
Kamboja. Panji menginspirasi para pelaku seni pertunjukan dan seni sastra serta
seni rupa (wayang wong, wayang beber, topeng). Relief panji banyak terpampang
di candi-candi dan juga cerita naskah panji pun tercatat di UNESCO.
Dalam
dunia pernaskahan di Indonesia ada sekitar 700 bahasa dengan tradisi tulis yang
terbatas, diantaranya : Jawa, Melayu, Bali, Sunda, Bugis, Makasar, Aceh,
Minang, Madura, Sasak, Bima, Lampung, Mandar. “Dalam tradisi tulis tersebut ada
beberapa di batu (prasasti), tulang, kayu, bambu. Kebanyakan di daun lontar dan
kertas (Eropa), beberapa di daluang (kulit kayu yang ditumbuk). Mengenai naskah
panji ada ratusan naskah yang telah didaftarkan dalam Panji Tales Manuscripts
di Memory of the World Register UNESCO berdasarkan 4 (empat) koleksi, Kamboja
(1), Malaysia (5), Indonesia (76), Belanda (260). Cerita Panji adalah cerita
romantis, erotis, tapi tidak jorok. Cerita tulis panji berawal dari cerita lisan
panji yang memijakkan tapaknya di relief candi-candi dan divisualisasikan
melalui seni pertunjukan Cerita Panji oleh Wayang Beber. Naskah cerita panji
dalam pertunjukan Wayang Beber berawal pada abad 16 – 17 yang ditulis di
pesisiran utara Jawa (Gresik) sebagai tontonan keliling (barangan).
Cerita
panji merupakan “pemberontakan” sastra Jawa terhadap sastra India. Cerita panji
sebagai symbol keselarasan budaya nusantara. Kisah-kisah panji menggambarkan
suasana budaya dan geografi lokal di Jawa. Selain itu juga menjadi dasar
Toponimi Arkeologis, dianataranya : Goa Selangkeng (Kediri), Gunung
Pruwata/Pawitra. Gunung Penanggungan, Punden Pelanggata Sung, Rabut Falah
(percandian) di Blitar, Panaraga, Candi Pendharmaan (arca perwujudan). Panji
adalah kebudayaan Tanah Jawa. (ziz)
(sumber:perpusnasri)