(STUDI KASUS : SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG)
SKRIPSI
Fakultas Adab dan Humaniora Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) An.
HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008
KONSENTRASI ASIA TENGGARA PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpualan
Berdasarkan dan hasil
penjelasan dan bab-bab sebelumnya dengan berfokus pada judul yang diangkat
yaitu Topeng Blantek Di Kampung Betawi
Studi Kasus Sanggar Fajar Ibnu Sena Ciledug, maka dapat ditarik kesimpulan yang
dijabarkan dibawah ini.
·
Seni Topeng Blantek bermula dari sebuah
kesenian teater rakyat budaya Betawi yang masih tetap bertahan di kota Jakarta.
Awal munculnya seni budaya Topeng Blantek pada zaman penjajahan Belanda,
sekitar abad 19. Pada zaman penjajahan Belanda, pergelaran Topeng Blantek sering
dilaksanakan oleh orang-orang Betawi pada saat malam hari. Pada waktu itu
pergelaran Topeng Blantek lebih sering dipertunjukkan, karena pada saat itu
belum banyak seni budaya yang lahir. Para pemain Topeng Blantek disebut panjak.
Mereka yang memainkan Topeng Blantek pada umumnya adalah orang-orang Betawi.
Asal nama Topeng Blantek berasal dari kata Topeng yang artinya sandiwara dan
Blaind Teks yang artinya tanpa teks. Jadi setiap orang-orang Betawi dahulu
menampilkan pertunjukan sandiwara secara spontas tidak menggunakan teks atau
naskah cerita dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal.
·
Sanggar Fajar Ibnu Sena yang didirikan oleh
Nasir Mupid pada tahun 1983 berada didaerah ciledug Jakarta selatan yang merupakan wadah atau tempat untuk
mengembangkan dan melestarikan serta menjaga kesenian budaya Topeng Blantek.
Sanggar Fajar Ibnu Sena terus membina dan memperkenalkan kepada kaum muda
tentang seni budaya Topeng Blantek yang harus dipertahankan. Semua kegiatan Fajar Ibnu Sena
berbentuk gerakan kebudayaan dan kemanusiaan yang memakai media seni budaya
untuk melakukan proses dakwah, pendidikan, sosial, penyadaran, dan pemberdayaan
masyarakat. Sasaran utamanya adalah masyarakat dan lingkungan dengan membentuk
generasi yang cerdas, edukatif, responsif, inovatif, apresiatif terhadap
lingkungan dan masyarakat. Pada saat Pertunjukan Topeng Blantek
berlangsung, setiap alur cerita memiliki unsur dan nilai seperti agama berguna
sebagai media dakwah (penerangan) termasuk proses penyebaran Islam dahulunya
sampai sekarang, sehingga sangat kental unsur Islamnya baik dari penampilan
kostum yang dipakai dari laki-laki memakai peci dan sarung dan bagi perempuan
berpakaian tertutup serta berkerudung. Ketika awal pertunjukan dibuka dengan
iringan shalawat yang dipadupandankan dengan music rebanakemudian dibuka oleh
took Jantuk yang notabene para pendakwah. Serta nilai sosial sebagai media
berinteraksi atau bersosialisasi para penonton atau masyrakat, nilai pendidikan
sebagai media pembelajaran tentang kehidupan sehari-hari yang lebih baik, nilai
hiburan sebagai media penghibur masyarakat atau penonton.
·
Ras Barkah(Asep Subarkah) mempunyai peran
penting dalam mengembangkan seni budaya Topeng Blantek ia banyak memberikan
pakem-pakem terhadap para pemain yang mau belajar tentang kesenian budaya
Betawi yaitu Topeng Blantek. Ia juga memperkenalkan seni Pertunjukan Topeng
Blantek kepada para seniman. Ras Barkah merekrut banyak pemain muda, dan tampil
di berbagai festival. Ras Barkah pun melakukan
pengembangan kesenian Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna,
namun tidak meninggalkan keasliannya. Saat era Ras Barkah, kesenian Topeng
Blantek sempat tumbuh subur banyak sanggar- sanggar Topeng Blantek menyebar
luas ke berbagai daerah. Ras Barkah terus melakukan
pengembangan kesenian Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna Kesenian
Topeng Blantek yang di bawah oleh Ras Barkah ini sempat mencapai masa
keemasannya, namun tidak meninggalkan keasliannya. Sedangkan untuk perkembangnya Topeng Blantek
mengalami kemunduran karena kurangnyan minat masyarakat akan budayanya sendiri
dan akibat perkembangan zaman yang semakin modern. di tengah modernisasi
zaman kesenian yang dulu dikenal di kalangan rakyat jelata tersebut saat ini
kondisinya hampir punah. Bahkan, keberadaan seniman dan sanggar tari Topeng
Blantek boleh dikatakan hidup segan mati tak mau. Sebenarnya kalau masyarakat
ingin
tahu sejarah kesenian Topeng Blantek, boleh dikatakan cikal bakal kesenian tradisional
Betawi saat ini seperti gambang kromong, samrah, lenong dan lain sebagaianya
berawal dari Topeng Blantek. Tapi, minimnya dukungan pemerintah dan sepinya job
membuat kesenian Topeng Blantek nyaris tak popular. Oleh karena itu, keeksistensian seni
budaya Topeng Blantek tetap ada melalui pertunjukan atau pementasan yang
ditampilkan dan para seniman, walaupun hal itu jumlahnya sangat sedikit. Seni
Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat
awal dibentuknya seni ini merupakan seni hiburan yang diminati masyarakat pada
saat itu. Walaupun, pada sekarang ini Topeng Blantek mengalami kemunduran.
Kebertahanan Topeng Blantek di Jakarta salah satunya dipengaruhi oleh adanya
sanggar Betawi yang berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng Blantek.
Peran sanggar juga sangat terkait dengan pemiliknya yang merupakan seniman
betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor penggerak pelestarian terhadap budaya.
Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung oleh faktor lain.
B.
Saran
Dalam
penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa untaian kata demi
kata tidak terlepas dari kealfaan dan kekhilafan. maka dari itu kritik
dan saran sangatlah dibutuhkan dalam penulisan ini. Karena dalam tulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan- kekurangan penulis
menyarankan agar ada lagi yang menggali lebih dalam masalah yang terjadi di
Indonesia. Khususnya seni Budaya masyarakat Betawi. Karena masih banyak lagi
kajian yang masih belumterulaskan secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
· Sumber
Primer
Wawancara dengan pemimpin Sanggar Fajar Ibnu Sena
Wawancara dengan Abdul Aziz salah satu anggota dari
sanggar Fajar Ibnu Sena
Anggota IKAPI, Ensiklopedi
Jakarta jilid 7, “Jakarta Tempo
Doloe, Kini dan Esok”, Jakarta: Lentera Abadi, 2009
Iqbal , Muhammad Zafar, islam di Jakarta Studi Islam
dan Budaya Betawi, Disertasi Program Pascasarajana IAIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta: 2002.
· Sumber
Sekunder
a. Buku
Abdul
Azis, Islam
dan Masyarakat Betawi, Jakarta: LP3S, 2002
Abdul
Aziz, Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek, Jakarta: Bangkit Anak Negri, 2013
Abdurrahman. Nilai-nilai
Budaya dalam Kaba Minangkabau: Suatu Interpretasi Semiotik.
Padang : UNP Press. 2011
Abu
Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1991
A.Kasim Achmad. Mengenal
Teater Tradisional di Indinesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. 2006
Atik
Soepandi dkk, Topeng Blantek Betawi,
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta : 1993.
Baghdadi
Al, Abdurahman. Seni
Dalam Pandangan Islam: Seni Vokal, Musik
dan Tari, Jakarta: Gema Insani, 1991. Bassam Tibi, kebudayaan dan perubahan
social. Yogyakarta: Tiara Wancana Yogya,1999.
Barker,
Chris. Cultural Studies. Teori dan
Praktek. Yoyakarta: Kreasi Wacana. 2004.
Bramantyo
Triyono, DisseminasiMusik Barat di Timur,
Studi Historis
Penyebaran
Musik
Barat di Indonesia dan Jepang Lewat Aktivitas Missionaris Pada Abad Ke-16, terj.
Emmanuel Kristanto Cahyo, Yogyakarta: YayasanUntuk Indonesia, 2004.
Dahana, Radhar
Panca. Homo Theafricus.Magelang: Indonesia Tera. 2000.
Danadjaja,j.
Manfaat penelitian folklore Betawi, dalam
: Wijaya, H. Seni Budaya Betawi Pra Lokal Karya Penggalian dan Pengembangannya,
Dinas Kebudayaan, Jakarta
Djarot, Slamet
Rahardjo. Membangun tokoh - Constatin Stanislavski.Jakarta: PT
Gramedia. 2008
Eka.The Art
OfActing, Seni Peran Untuk Teater, Film & TV.Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2003
Endraswara,
Surwardi. Metode Pembelajaran Drama.Yogyakarta: CAPS. 2011
Fischer
H.Th, Pengantar Anthropologi Kebudayaan
Indonesia, terj.Anas
Makruf,
Jakarta: PT Pembangunan, 1960.
George
Ritzer dan Douglas J..Teori Sosiologi
Modern.Yogyakarta: Kencana, 2007.
Gustini Heny dan Alfin
Muhammad, Studi Budaya Indonesia,Bandung:
Cv Pustaka Setia, 2012.
Harymawan.Dramaturgi.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 1993
Harapan
Anwarudin, Sejarah, Sastra, dan Budaya
Betawi, Jakarta, APPM, 2006.
Herymawan,
Dramaturgi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993.
Hoesodoningsih,
Rr.Yvonnne Triyoga. Seni Pertunjukan Topeng Betawi Kontinuitas dan
Perubahannya. Tesis, FISIP – UI2006
Hariyono,
Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Yogyakata: Pustaka Jaya, 1995.
Kartodirdjo
Sartono, Pendekatan llmu Sosial dalam
Metodelogi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Muhadjir,
Bahasa Betawi: Sejarah dan
Perkembangannya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2000.
Mukhlis
paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni
Pertunjukan dan seni Media, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Rahmat
Taendiftia Emot
et. al, Gado-Gado Betawi : Masyrakat
Betawi dan Ragam Budayanya, Jakarta: Grasindo, 1996.
Raga Maran
Rafael, Manusiadan Kebudayaan Dalam Persfektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta,
RinekaCipta, 2007,
Rachmat,
Ruchiat, dkk. (2003). Ikhtisar Kesenian Betawi. Jakarta: Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman
DKI Jakarta.
R.
Brandon, James. Jejak-Jejak Seni
Pertunjukan Di Asia Tenggara, (Terj). Bandung: P4ST
UPI, 2003.
R.
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia, jilid ke-3, Jakarta: Kansius, Yogyakarta, 1973.
Ridwan
Saidi, Profil Orang Betawi, Asal
Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, PT Gunara Jakarta:
Jakarta, 2001
Ruchiat,
Rahmat. Asal Usul Jakarta.Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 1991
Rohaedi
Ayat. Tarumanegara dalam Sejarah Jawa
Barat dari Masa Prasejarah hingga Masa Penyebaran Agama islam. Bandung :
proyek Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1975
Sitorus, Eka.The
Art OfActing, Seni Peran Untuk Teater, Film & TV.Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2003
Sastrapraja,
Nurhadi. Ragam Budaya Betawi. Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI.
2002.
Sedyawati,
Edi. Seni
Pertunjukan. Jakarta : PT. Widyadara,2002
________,
Sapardi
Djoko Damono, Seni Dalam Masyarakat
Indonesia Bunga Rampai, Jakarta: PT. Gramedia, 1983.
Shahab
Yasmine Z, Konflik Identitas:Etnis dan
Religi, dalam Identitas
dan
Otoritas Rekontruksi Tradisi Betawi (Depok, Laboratorium
Antropologi
FISIP UI, 2004
Sjahrial.Seni
Budaya Betawi. Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 2000
Sudarsono
Jowono. Nasionalisme dan
Ketahanan Budaya di Indonesia, Jakarta: LIP PRESS,
2011.
Sudarsono
R.M, Pengantar Apresiasi seni, cet-I, Jakarta: Balai Pustaka, 1992
Sugimun, Jakarta Dari Tepian Air Ke Kota proklamasi,
Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Jakarta, 1988
Sumardjo,
Jakob. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung:
STSI Press, 2004
Suanda,
endo. Topeng. Jakarta : LPSN, 2004
Sulisto
Budi.Metode Penelitian Sejarah Sebuah
Pengantar, Jakarta: Yayasan Sarwa Saidi Ridwan. Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP: Jakarta, 1994.
Surwardi Endraswara. Metode
Pembelajaran Drama.Yogyakarta: CAPS. 2011
Soedarsono. Beberapa Catatan
tentang Seni Pertunjukkan Indonesia. Yogyakarta:
Konservatori Tari Indonesia.
Tim
Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Rupa
Gaya Ras Betawi, cetakan I, Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia,
2012.
____________________________,
Ragam Seni
Budaya Betawi, cetakan I, Jakarta: Fakultas Ilmu Pengtahuan Budaya Universitas Indonesia,
2012.
Yudiaryani,
Panggung Teater Dunia.Purwoharjo, Samigaluh: Pustaka Gondho Suli. 2002.
Yuliadi,
Koes. Drama
Gong di Bali. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta,
2005
Zafar
Iqbal Muhammad, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi,
Jakarta : Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002
Zuriah
Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspek Perubahan. Jakarta:
Burni Aksara, 2008.
b.
Majalah dan Artikel
HTN Alat Pertanian Article “Panjak”
http://htn-alatpertanian.blogspot.com/201 1/03/panjak
Wikipedia Article“Gedung Kesenian Jakarta”
Muluk, taufik, Aneka Ragam Kesenian Jakarta, Harian
Indonesia Raya, Selasa 3 November 1973
c.
Sumber elektronik
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2014/03/budaya-dan-warisan-sejarah