(STUDI KASUS: SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG) SKRIPSI Fakultas Adab dan Humaniora Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) An. HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008 KONSENTRASI ASIA TENGGARA PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
4. Mata
Pencarian Masyarakat Betawi
Sumber kehidupan masyarakat
Betawi pada tempo dulu, setidaknya terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan,
ketika kiri-kanan jalan antara Pulo Gadung sampai Bekasi masih berupa sawah
padi, ketika kiri-kanan jalan antara petojo sampai Tanggerang masih berupa
lading, ketika kiri-kanan jalan antara Cawang sampai Bogor masih berupa lahan
dengan pohon-pohon besar, ketika daerah pejompongan masih berupa
persawahan dan ketika senayan, kuningan, juga beberapa tempat lain masih berupa
pemukiman pendudukan dengan lahannya yang luas penuh ditumbuhi
berbagai pohon buah-buahan dan sebagainya. Sehingga masyarakat Betawi asli
kebanyakan mencari nafkah dengan bertani dan berkebun. Hasil tani atau hasil
kebun kemudian mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada umumnya masyarakat Betawi
sekarang hidup mapan dan berkecukupan. Walaupun hanya tinggal sedikit
masyarakat Betawi yang berdiam di pusat kota Jakarta, beberapa diantara mereka
bahkan sudah mengenyam pendidikan tinggi, sehingga dengan demikian mereka
pun mampu meningkatkan taraf hidup dengan bekerja sebagai pegawai, bahkan
menjadi pedagang besar atau pengusaha.
Abdul Chaer, Folklor Betawi
Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi, Jakarta: MasupJakarta, 2001. Hal 231
Tidak ada komentar:
Posting Komentar