(STUDI KASUS : SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG)
SKRIPSI
Fakultas Adab dan Humaniora Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) An.
HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008
KONSENTRASI ASIA TENGGARA PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M.
A.
Peran
tokoh Ras Barkah dalam mengembangkan Seni Topeng Blantek
Ras Barkah lahir di Bogor, 28 Agustus
1942. Mula-mula Ras Barkah terjun ke film sebagai figuran di tahun 1961.
Setelah itu ikut dalam beberapa produksi sebagai pemain pembantu. Di samping
film, ia aktif dalam dunia pentas sebagai sutradara, pernah memimpin Blantek Si
Barkah, API (Arena pentas Indonesia) dan Teater Ular. Ia juga pernah menjadi
kepala pengawas DPM (Dewan Perawakilan Masyarakat) Pelabuhan Ratu (1961-1962),
menjabat kepala RRI Sukabumi (1966-1968), menjadi pimpinan panggung Jakarta
Fair (1970-1972), menjadi pembantu pimpinan panggung TIM (1972-1973). Dia
mendirikan beberapa group Topeng Blantek yaitu YANIDA (Yayasan Topeng Blantek
Jakarta)[1]
dan Pangker Group yang sekarang dipimpin
oleh marhasan. Ras Barkah banyak memberikan pakem-pakem terhadap para pemain
yang belajar di group tersebut. Memberikan pelajaran dan memperkenalkan seni
Pertunjukan Topeng Blantek kepada para seniman.[2]
Bersama Kelompok Si Barkah. Ras Barkah
merekrut banyak pemain muda, dan tampil di berbagai festival. Ras Barkah pun
melakukan pengembangan kesenian Topeng
Blantek ke bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya.
Saat era Ras Barkah, kesenian Topeng Blantek sempat tumbuh subur hingga ada 25
sanggar dengan rincian, Jakarta Barat 10, Jakarta Utara 3, Jakarta Timur 5, Jakarta
Pusat 3, dan Jakarta Selatan 4 sanggar. kesenian Topeng Blantek sempat bangkit pada 1972 saat seorang tokoh
kesenian bernama Ras Barkah dengan sanggarnya yang dinamakan si Barkah
melakukan pengembangan kesenian Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna,
namun tidak meninggalkan keasliannya.
Awalnya, sekitar tahun 1979 berkat
kegigihan “raja blantek” alm Ras Barkah dalam mengembalikan Topeng Blantek
seperti sedia kala. Sanggar Topeng Blantek tumbuh subur, jumlahnya mencapai 32
sanggar yang tersebar di Jakarta. Namun, seiring waktu puluhan sanggar itupun
“rontok”. Saat ini sanggar Topeng Blantek hanya tiga, yaitu sanggar Fajar Ibnu
Sena Pimpinan Nasir Mupid, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Pangker Group
Pimpinan Marhasan Kalideres, Jakarta Barat dan Blantek Si Boyo, Pimpinan Nasir
Boyo, Cijantung, Jakarta Timur. Topeng Blantek adalah budaya masyarakat Betawi
yang cikal bakalnya berasal dari masyarakat Batavia yang berkembang di
sekitaran kastil VOC. Kesenian Topeng Blantek yang di bawah oleh Ras Barkah ini
sempat mencapai masa keemasannya ketika digelarnya festival pada 26-31 Mei 1994
selama lima hari berturut-turut atas kerja sama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta
dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan yayasan Seni Budaya Jakarta.[3]
Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri
para seniman Topeng Blantek dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya Topeng
Blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan Topeng Blantek di
Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang
giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah
Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus
menekuni seni budaya Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis teater
tradisional betawi. Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya Topeng Blantek
mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan perhatian dan
dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk sama-sama
bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Topeng
Blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa
tahun ke depan seni budaya Topeng Blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan
dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Topeng Blantek dikarenakan
sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini telah banyak
gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di Jakarta, Topeng
Blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan kreasinya.
Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman Topeng Blantek sangat
memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya
pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka
dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya
sendiri seni budaya Topeng Blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya
seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta.
Jadi ketika seni pertunjukan seni Topeng
Blantek mengalami masa keemasannya karena seorang tokoh seniman yang bernama
Ras Barkah beliau sangat berperan dalam mengembangkan seni pertunjukan Topeng
Blantek. Memperkenal budaya betawi melalaui pertunjukan Topeng Blantek tersebut
kepada penonton atau Masyarakat Betawi bukan hanya sebuah pertunjukan tetapi
memberikan maanfaat kepada masyarakat terutama tentang alur cerita yang mengandung
berbagai unsur media yang disampaikan dari pertunjukan seni Topeng Blantek.
Hubungan Ras Barkah dengan pemimpin
sanggar Fajar Ibnu Sena kala itu pemipin Sanggar Fajar Ibnu Sena sebelum
mendirikan sanggar tersebut pimpinan sanggar Fajar Ibnu Sena yaitu Nasir Mupid
adalah anak buah dari Ras Barkah yang belajar memperdalami kesenian Topeng
Blantek selama bertahun tahun sebelum Ras Barkah Meninggal dunia Nasir Mupid
bernaung menekunin Kesenian Topeng Blantek bersama Ras Barkah. Seseorang yang
sangat berjasa dalam mengenalkan Topeng Blantek kepada Nasir Mupid adalah Ras
Barkah ketika Nasir Mupid sedang giat belajar berkesenian di Pusat Pengembangan
Kesenian di daerah Kuningan ia bertemu dengan Ras Barkah sejak itulah mereka
bersama-sama mulai menekuni dan terus mengembangkan seni Topeng Blantek yang
merupakan salah satu jenis tater rakyat Betawi.
[1] Hasil
wawancara pribadi oleh seorang tokoh seniman
Topeng Blantek yang bernama Nasir Mupid pernah bernaung di kelompok Ras
Barkah selama hampir 5 tahun sebelum beliau meninggal hingga akhirnya setelah
tokoh seniman Ras Barkah Meninggal, kemudian hingga akhirnya Nasir Mupid
mendirikan sanggar Fajar Ibnu sena. 05 Desember 2015
[2] Dikutip dari berita online : Berita SeputarJakarta.http://poskobudayaswadarma.blogdetik.com/tag/topeng-blantek/page/2/
[3]
dikutip dari tulisan Bang Jaloe seorang jurnalistik di www.beritajakarta.com diakses pada 12 november 2015 12
: 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar