Sabtu, 28 Mei 2016

TOPENG BLANTEK DI KAMPUNG BETAWI

(STUDI KASUS : SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG) 
 
SKRIPSI Fakultas Adab dan Humaniora Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) An. HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008 KONSENTRASI ASIA TENGGARA PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M.
 
 
A.           Peran tokoh Ras Barkah dalam mengembangkan Seni Topeng Blantek
Ras Barkah lahir di Bogor, 28 Agustus 1942. Mula-mula Ras Barkah terjun ke film sebagai figuran di tahun 1961. Setelah itu ikut dalam beberapa produksi sebagai pemain pembantu. Di samping film, ia aktif dalam dunia pentas sebagai sutradara, pernah memimpin Blantek Si Barkah, API (Arena pentas Indonesia) dan Teater Ular. Ia juga pernah menjadi kepala pengawas DPM (Dewan Perawakilan Masyarakat) Pelabuhan Ratu (1961-1962), menjabat kepala RRI Sukabumi (1966-1968), menjadi pimpinan panggung Jakarta Fair (1970-1972), menjadi pembantu pimpinan panggung TIM (1972-1973). Dia mendirikan beberapa group Topeng Blantek yaitu YANIDA (Yayasan Topeng Blantek Jakarta)[1] dan Pangker Group  yang sekarang dipimpin oleh marhasan. Ras Barkah banyak memberikan pakem-pakem terhadap para pemain yang belajar di group tersebut. Memberikan pelajaran dan memperkenalkan seni Pertunjukan Topeng Blantek kepada para seniman.[2]
Bersama Kelompok Si Barkah. Ras Barkah merekrut banyak pemain muda, dan tampil di berbagai festival. Ras Barkah pun melakukan  pengembangan kesenian Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya. Saat era Ras Barkah, kesenian Topeng Blantek sempat tumbuh subur hingga ada 25 sanggar dengan rincian, Jakarta Barat 10, Jakarta Utara 3, Jakarta Timur 5, Jakarta Pusat 3, dan Jakarta Selatan 4 sanggar. kesenian Topeng Blantek sempat bangkit pada 1972 saat seorang tokoh kesenian bernama Ras Barkah dengan sanggarnya yang dinamakan si Barkah melakukan pengembangan kesenian Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya.
Awalnya, sekitar tahun 1979 berkat kegigihan “raja blantek” alm Ras Barkah dalam mengembalikan Topeng Blantek seperti sedia kala. Sanggar Topeng Blantek tumbuh subur, jumlahnya mencapai 32 sanggar yang tersebar di Jakarta. Namun, seiring waktu puluhan sanggar itupun “rontok”. Saat ini sanggar Topeng Blantek hanya tiga, yaitu sanggar Fajar Ibnu Sena Pimpinan Nasir Mupid, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Pangker Group Pimpinan Marhasan Kalideres, Jakarta Barat dan Blantek Si Boyo, Pimpinan Nasir Boyo, Cijantung, Jakarta Timur. Topeng Blantek adalah budaya masyarakat Betawi yang cikal bakalnya berasal dari masyarakat Batavia yang berkembang di sekitaran kastil VOC. Kesenian Topeng Blantek yang di bawah oleh Ras Barkah ini sempat mencapai masa keemasannya ketika digelarnya festival pada 26-31 Mei 1994 selama lima hari berturut-turut atas kerja sama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan yayasan Seni Budaya Jakarta.[3]
Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri para seniman Topeng Blantek dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya Topeng Blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan Topeng Blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya Topeng Blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Topeng Blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan seni budaya Topeng Blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Topeng Blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di Jakarta, Topeng Blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman Topeng Blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya sendiri seni budaya Topeng Blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta.
Jadi ketika seni pertunjukan seni Topeng Blantek mengalami masa keemasannya karena seorang tokoh seniman yang bernama Ras Barkah beliau sangat berperan dalam mengembangkan seni pertunjukan Topeng Blantek. Memperkenal budaya betawi melalaui pertunjukan Topeng Blantek tersebut kepada penonton atau Masyarakat Betawi bukan hanya sebuah pertunjukan tetapi memberikan maanfaat kepada masyarakat terutama tentang alur cerita yang mengandung berbagai unsur media yang disampaikan dari pertunjukan seni Topeng Blantek.
Hubungan Ras Barkah dengan pemimpin sanggar Fajar Ibnu Sena kala itu pemipin Sanggar Fajar Ibnu Sena sebelum mendirikan sanggar tersebut pimpinan sanggar Fajar Ibnu Sena yaitu Nasir Mupid adalah anak buah dari Ras Barkah yang belajar memperdalami kesenian Topeng Blantek selama bertahun tahun sebelum Ras Barkah Meninggal dunia Nasir Mupid bernaung menekunin Kesenian Topeng Blantek bersama Ras Barkah. Seseorang yang sangat berjasa dalam mengenalkan Topeng Blantek kepada Nasir Mupid adalah Ras Barkah ketika Nasir Mupid sedang giat belajar berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan ia bertemu dengan Ras Barkah sejak itulah mereka bersama-sama mulai menekuni dan terus mengembangkan seni Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis tater rakyat Betawi.


       [1] Hasil wawancara pribadi oleh seorang tokoh seniman  Topeng Blantek yang bernama Nasir Mupid pernah bernaung di kelompok Ras Barkah selama hampir 5 tahun sebelum beliau meninggal hingga akhirnya setelah tokoh seniman Ras Barkah Meninggal, kemudian hingga akhirnya Nasir Mupid mendirikan sanggar Fajar Ibnu sena. 05 Desember 2015
       [2]  Dikutip dari  berita online : Berita SeputarJakarta.http://poskobudayaswadarma.blogdetik.com/tag/topeng-blantek/page/2/

       [3] dikutip dari tulisan Bang Jaloe seorang jurnalistik di www.beritajakarta.com diakses pada 12 november 2015 12 : 33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar