Rabu, 25 Mei 2016

TOPENG BLANTEK DI KAMPUNG BETAWI

(STUDI KASUS: SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG) SKRIPSI Fakultas Adab dan Humaniora Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) An. HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008 KONSENTRASI ASIA TENGGARA PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

B. Sejarah Topeng Blantek

Seni budaya tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyrakat. Sama halnya dengan seni budaya Topeng Blantek yang menjadi bagian dari masyarakat Betawi dahulu. Masyarakat Betawi yang cinta terhadap seni budayanya, akan warga peduli pada kesenian tradisionalnya. Setiap seni budaya memiliki sejarah asal-usul terbentuknya budaya tersebut. Sejarah itu juga ada pada asal lahirnya seni budaya Topeng Blantek. Seni budaya Topeng Blantek yang tercipta dari masyarakat Betawi dahulu, Awal munculnya seni budaya Topeng Blantek pada zaman penjajahan Belanda, sekitar abad 19. Pada zaman penjajahan Belanda, pergelaran Topeng Blantek sering dilaksanakan oleh orang-orang Betawi pada saat malam hari. Pada waktu itu pergelaran Topeng Blantek lebih sering dipertunjukkan, karena pada saat itu belum banyak seni budaya yang lahir. Para pemain Topeng Blantek disebut panjak. Mereka yang memainkan Topeng Blantek pada umumnya adalah orang-orang Betawi. Pergelaran Topeng Blantek saat itu menjadi hiburan rakyat dan para koloni Belanda. Asal nama Topeng Blantek berasal dari kata Topeng yang artinya sandiwara dan Blaind Teks yang artinya tanpa teks.  

Jadi setiap orang-orang Betawi dahulu menampilkan pertunjukan sandiwara secara spontas tidak menggunakan teks atau naskah cerita dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal. Seni budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia apa lagi masyarakat asli Betawi . Seni budaya Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat awal dibentuknya seni budaya ini merupakan 66 Journal On-line, Topeng Blantek. Tersedia di web http://budaya-indonesia.org/Topeng-Blantek-1/ di unduh tgl : 17 Desember 2014. 14.00

seni hiburan yang diminati masyarakat pada saat itu. Walaupun, pada sekarang ini Topeng Blantek mengalami kemunduran. Kebertahanan Topeng Blantek di Jakarta salah satunya di pengaruhi oleh adanya sanggar Betawi yang berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait dengan pemiliknya yang merupakan seniman Betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor penggerak pelestarian terhadap seni budaya. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung oleh faktor lain. Seni budaya Topeng Blantek merupakan produk masyarakat Betawi dan sekaligus menjadi media sosial Betawi.
Sebelum lahirnya Topeng Blantek, pertunjukan Topeng dan Lenong sudah ada. Topeng Blantek lahir karena sisi tolak yang berbeda antara Topeng dengan Lenong. Saat itu, Lenong merupakan hiburan masyarakat kelas atas. Sedangkan Topeng merupakan hiburan masyarakat kelas menengah kebawah. Dari kedua faktor itulah, Topeng Blantek lahir untuk menjadi seni budaya yang bersifatf universal bagi masyarakat. Oleh sebab itu Topeng Belantek lahir, ketika ada kesenjangan pada masyarakat yang diakibatkan oleh dua faktor tersebut. Mengenai hal tersebut, Abdurrachiem menegaskan,“Topeng Blantek itu lahir dari sebuah proses keberadaan pertunjukan Topeng dan Lenong. Lenong ditonton oleh masyarakat kelas atas salah satunya tuan tanah. Sedangkan Topeng untuk kalangan masyarakat kelas bawah. Dan Topeng Blantek ada sebagai sisi netral atau penyeimbang. Dalam arti bahwa Topeng Blantek dapat ditonton oleh semua kalangan.” 

 Abdul aziz, Tinjauan Sosiologi Topeng Blantek Betawi. Hal 3

Walaupun demikian, Topeng Blantek menjadi salah satu hiburan rakyat yang berasal dari seni tradisional masyarakat Betawi. Pada awal keberadaannya, Topeng Blantek dalam pertunjukannya menggunakan obor. Obor di gunakan sebagai alat penerang dalam pertunjukan dan selalu digunakan oleh tokoh Jantuk, karena dahulu Topeng Blantek pertunjukannya selalu dimainkan pada malam hari. Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya. Sejak tahun 1950-an aktivitas Topeng Blantek vakum. Dan mulai tahun 70-an Pemda DKI Jakarta mulai menggali kembali blantek. Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka kesenian budaya Betawi semakin menghilang dan diantara kesenian budaya Betawi mulai dikenal masyarakat Betawi dan ditayangkan kembali oleh TVRI, serta menjadi akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam beberapa saat. Pada dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan Topeng berbau gaya

Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek). Pada tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival Topeng Blantek Kemudian Pada tahun 1990 an, Pergelaran Topeng Blantek tidak menggunakan teks, sehingga para pemainnya tidak ada yang membaca teks sebelum pementasan. Namun, sisi kreatifitas setiap pemain yang menjadi faktor utama untuk menghasilkan sebuah dialog akan tetap sesuai dengan pembagian tugas pemain berdasarkan tema cerita yang ada didalam pertunjukan. Penamaan Topeng merupakan adanya tokoh Jantuk yang selalu menggunakan Topeng. Dahulu beberapa Sanggar Topeng Blantek, banyak memiliki cerita yang menjadi populer pada zamannya, seperti tabel dibawah ini :

Tabel Sanggar Topeng Blantek tahun 1990an68

NAMA SANGGAR PIMPINAN JUDUL NASKAH

Doa Sumiati Warta Bin Selli Bodoh Pinter
Edi Jaya Marta Ketiban Duren
Fajar Ibnu Sena Nasir Mupid Si Jampang Pengen Jadi Gubenur
Kontemporer Jaya Muhasyim Salah Colek

Tema cerita yang sering ditampilkan dalarn pementasan Topeng Blantek tentang tokoh Legenda Betawi, seperti Si Pitung,, Jampang,, Nyai Dasimah dan

Atik Soepandi DKK, Topeng Blantek Betawi, (Dinas Kebudayaan DKI Jakarta : 1993) hlm

lain-lain. Di dalam pertunjukan Topeng Blantek, selain cerita terkadang ditampilkan tari-tarian. Tarian yang dipertunjukkan yaitu Ronggeng Blantek, Ngarojeng, Yapong, Topeng Tunggal, dan tari Betawi lainnya. Kesenian Topeng Blantek sekarang ini tidak menggembirakan. Blantek hanya tumbuh dan berkembang di wilayah sekitar Bogor, khususnya di kampung Bojong Gede, Pondok Rajeg, Citayam, dan Ciseeng. Regenerasi tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Namun, ada seorang seniman yang giat berusaha memperkenalkan dan membawa Topeng Blantek diberbagai pertunjukan seni yaitu Ras Barkah pada eranya Ras Barkah telah membawa kesenian Topeng Blantek kepuncak kepopulerannyya dalam mengembangakan Kesenian kesenian Topeng Blantek pada tahun 1994, banyak kesuksesan yang telah dicapai oleh Ras Barkah terutama membangun yayasan untuk kemajuan kesenian Topeng Blantek. Topeng Blantek merupakan hasil budaya masyarakat Betawi yang pada saat ini “termarjinalkan” oleh situasi. Topeng Blantek belum diketahui sebagian besar masyarakat dan berbanding terbalik jika dibandingkan dengan keberadaan Lenong. Padahal dalam khazanah kebudayaan Betawi, Topeng Blantek menjadi bagian penting bagi masyarakat Betawi. Karena apa? “Karena didalam pertunjukan Topeng Blantek terkandung aspek moral, agama dan sosiologi masyarakat Betawi itu sendiri”. Contohnya bahwa pada setiap pertunjukannya Topeng Blantek bersetting sundung dan obor. Sundung pada jaman dulu adalah alat paling berharga bagi masyarakat Betawi dan begitu pula obor adalah simbol perjuangan masyarakat Betawi pada masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar