Sabtu, 28 Mei 2016

TOPENG BLANTEK DI KAMPUNG BETAWI

(STUDI KASUS : SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG) 
 
SKRIPSI Fakultas Adab dan Humaniora Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) An. HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008 KONSENTRASI ASIA TENGGARA PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 
JAKARTA 1437 H/ 2016 M.
 
1.         Geografis Masyarakat Betawi
     sumber: peta Betawi www.google.com
Wilayah geografi atau peta bumi adalah daerah tempat berdiam suatu suku bangsa. Tempat berdiam itu berbatas dengan tempat berdiam suku bangsa lain yang biasanya dibedakan dengan bahasa pergaulan yang dipergunakannya. Wilayah geografi Betawi tidak sama dengan wilayah geografi Jakarta. Wilayah geografi Jakarta adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dimanakah letak wilayah tempat berdiam orang Betawi? Orang Betawi berdiam di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Geografinya terletak di antara batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah barat sungai Cisadane
2. Sebelah timur sungai Citarum (bahkan jauh sampai Batu Jaya, Kerawang)
3. Sebelah selatan kaki gunung Salak
4. Sebelah utara laut Jawa.
Wilayah tempat orang Betawi berdiam itu meliputi daerah propinsi DKI Jakarta, daerah propinsi Banten, dan daerah propinsi Jawa Barat. Perinciannya sebagai berikut:
1. Propinsi DKI Jakarta
2. Kabupaten Tangerang
3. Kotamadya Tangerang
4. Kota Tangerang Selatan
5. Kabupaten Bekasi
6. Kotamadya Bekasi
7. Kotamadya Depok
8. Sebagian daerah kabupaten Bogor.
9. Sebagian Kerawang (Batu Jaya, Pakis Jaya)
Secara administratif orang Betawi ada yang menjadi penduduk DKI Jakarta, penduduk kabupaten Tangerang, penduduk kotamadya Tangerang, penduduk kabupaten Bekasi, penduduk kotamadya Bekasi, penduduk kotamadya Depok, dan penduduk kabupaten Bogor.[1]
Lengkapnya wilayah persebaran Masyarakat Betawi
1.         Diseluruh wilayah administrative DKI Jakarta, yang tersebar dalam 30
Kecematan .
2.         Diluar Wilayah DKI Jakarta, terdapat  di:
a.    Kabupaten Tangerang, yakni dikecematan-kecematan Mauk, Sepatan, Teluk Naga, Batu Ceper, Ciledug, Cipondoh, Pondok Aren,Ciputat, dan Serpong.
b.    Kabupaten Bogor, yakni di kecematan-kecematan: Gunung Sindur, Parung Sawangan, Bojong Gede, Semplak, cibinong, Pancoran Emas Sukma Jaya, Beji, dan Cimangis.
c.    Kabupaten Bekasi, yaitu dikecematan-kecematan: Pondok Gede, Jati Asih, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bantar Gebang, Setu, Tambun, Cibitung, Cikarang, Sukatani, Tambelang, pabayuran, Cabang Bungin, Muara Gembong, Taruna Jaya dan Babelan.
Para peneliti, (Yayah B. Lumintaintang 1980 dan 1985, C.D. Grijns 1983 dan Muhadjir 1979) berasarkan data lapangan yang didukung oleh hasil sensu penduduk 1971 dan 1980, mengatakan bahwa sebagian besar imigran baru tersebut menanggalkan bahasa asalnya dan menggunakan bahasa Betawi modern (menurut nama yang diberikan Wallace) sebagai bahasa pergaulan sehari-hari mereka. Keadaan itu seperti mengulang terbentuknya masyarakat asli Betawi yang terbentuk oleh pendatang dari berbagai suku dan bangsa. Kini masyarakat Betawi asli/ kelahiran Jakarta itu pun bersama bergabung dengan para pendatang baru yang juga berasal dari berbagai suku, menjadi masyarakat metropolitan Jakarta dengan bahasa melayu Jakarta sebagai wahana komunikasinya.[2]
Dari komposisi penduduk Jakarta sangat beragam terdiri dari beberapa entitas etnis yang mendiami wilayah di DKI Jakarta (masyarakat lokal) diantaranya Sunda, Jawa, China dan penduduk asli Jakarta yang disebut ”Betawi”. Selain entitas etnis dominan tersebut terdapat kelompok etnis besar masyarakat lainnya yang datang dari luar Jakarta, diantaranya etnis Minangkabau, Batak, Manado, Maluku. Secara geografis Betawi terletak di pulau Jawa, namun secara sosiokultural lebih dekat pada budaya Melayu Islam. Menurut garis besarnya wilayah Betawi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
1.         Betawi Udik
Betawi Udik ada dua tipe, yang pertama adalah mereka yang tinggal di bagian Utara Jakarta, bagian Barat Jakarta dan juga Tanggerang. Mereka sangat dipengaruhi oleh kebudayaan China. Tipe kedua adalah mereka yang tinggal disebelah Timur dan Selatan Jakarta, Bekasi dan Bogor. Mereka sanggat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat sunda. Mereka berasal dari ekonomi kelas bawah. Kehidupan mereka umumnya lebih bertumpu pada bidang pertanian. Tarap pendidikan mereka sangat rendah bila dibandingkan dengan orang Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Peran agama islam dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi Udik berbeda dengan peran agama dalam kehidupan orang Betawi Tenggah dan Betawi Pinggir. Pada kedua kelompok Betawi yang disebut terakhir agama islam tetap memegang peran yang sangat penting dan menentukan dalam tingkah laku pola kehidupan mereka sehari meskipun cara mereka sudah lebih modern dibandingkan kelompok yang udik. Namun kini telah terjadi perubahan dalam pola pekerjaan dan pendidikan orang Betawi Udik. Secara perlahan-lahan tingkat dan pola pekerjaan maupun pendidikan mereka telah mendekati orang Betawi tengah dan orang Betawi pinggir.
2.         Betawi Tengah
Mereka yang termasuk Betawi Tengah adalah mereka yang dalam perkembangan Betawi awal menetap dibagian kota Jakarta dahulu yang di namakan keresidenan Batavia dan sekarang termasuk Jakarta Pusat. Lokasi ini merupakan bagian dari kota Jakarta yang paling urban. Bagian inilah yang dalam tahap-tahap permulaan kota Jakarta di landa arus urbanisasi dan modernisasi dalam skala yang tinggi. Salah satu akibatnya adalah orang Betawi yang tinggal di daerah ini paling tinggi tingkat kawin campurannya di banding orang Betawi yang tinggal di pinggir kota Jakarta ataupun suku-suku lain di Jakarta. Berdasarkan tingkat ekonomi mereka orang Betawi yang tinggal di tengah-tengah kota Jakarta bisa di bedakan menjadi orang “gedong” dan orang “kampung”. Pemberian istilah ini tampaknya hanya didasarkan pada tempat tinggal mereka. Dalam adat Betawi, keberadaan orang “gedongan” di sadari atau tidak kurang di akui oleh orang Betawi kampung. Sebab gaya hidup mereka dianggap bukan merupakan bagian dari tradisi orang Betawi asli.
3.         Betawi Pinggir
Orang Betawi Pinggir cenderung menyekolahkan anak-anak mereka kepesantren-pesanten. Karena itu, sebagaimana ditulis pada bagian depan buku ini, orang Betawi Pinggir menolak bila mereka dianggap dalam bidang pendidikan, sebab mereka mempunyai prioritas pendidikan tersendiri yaitu pesantren. Bagi orang Betawi pinggir pendidikan formal yang mereka ikuti adalah sekolah-sekolah umum. Namun ini tidak berarti pendidikan agama dilupakan. Bagi mereka pendidikan agama sudah merupakan bagian yang penting bagi kehidupan mereka. Proses bermasyarakat sudah menyatu dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan beragam. Ini sedikit berbeda dengan orang Betawi Pinggir.
Mereka secara khusus memberikan perhatian pada kehidupan beragama dengan menyekolahkan anak-anak mereka pada lembaga-lembaga pendidikan yang bernapaskan Islam. Untuk itulah mereka  menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren-pesantren secara umum, dalam ketiga kelompok Betawi itu, khususnya kelompok Betawi Pinggir, nilai-nilai islami menempati porsi paling tinggi.


       [1]dikutip dari alamat web: http://www.bluefame.com/topic/491752-etnik-suku-betawi/ di akses pada tanggal 30 april 2015 12:13 AM

       [2]Muhadjir, Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2000. Hal 56-57

1 komentar:

  1. CASINO MOHEGAN RESORT - JASON STEVENS - Missouri
    CASINO MOHEGAN RESORT - JASON STEVENS - Missouri 김제 출장안마 Gambling, Inc. 여수 출장샵 · (314) 388-1000 · 양주 출장안마 www.mohotta.com · www.mohegan.com · 광주광역 출장샵 www.mohegansuncasino.com · www.mohegansuncasino.com · 제천 출장마사지 www.mohegansuncasino.com

    BalasHapus