Published On: Mon, Nov 9th, 2015
UNTUK meningkatkan membina,
mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya Betawi,
Pemprov DKI Jakarta melalui Bidang Pengkajian dan Pengembangan Seni
Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menyelenggarakan
kegiatan Pergelaran Eksperimentasi Seni Budaya Betawi Tahun 2015 (Pencak
Silat Maen Pukul Aliran Sabeni Tanah Abang, Tari Zapin, Topeng
Blantek).
Kegiatan tersebut diselenggarakan pada
Jumat (6/11/2015) dihadiri oleh Taufik Ahmad, Bidang Pengkajian dan
Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta beserta
jajarannya, Rachmat Ruchiat, Sejarahwan Betawi, Drs. Yahya Andi Saputra,
Tokoh Sastra Lisan Betawi, Atien Kisam, Koreografer dan Sutradara Seni
Pertunjukan, Muhamad Taher, Seniman Sastra Arab, Komunitas/Sanggar Seni
Budaya Betawi, Siswa/I SMK Se DKI Jakarta, serta warga masyarakat Bale
Kambang, Condet, Jakarta Timur.
Terselenggaranya kegiatan tersebut atas
kerjasama Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan DKI Jakarta dengan SMKN 13 Jakarta Barat, serta para pengajar
diantaranya Budi Sobar, praktisi teater, Anus Irwan, praktisi musik,
serta Tarman Tri Darma, praktisi Silat, di Laboratorium Seni Karawitan
dan Tari, Bale Kambang, Condet, Jakarta Timur.
Memang kami mengakui bahwa kegiatan ini
belum apa-apa, tapi yang jelas barangkali ada benang merah dalam
melestarikan dan mengembangkan seni budaya tradisi yang pernah ada di
Betawi. Jadi nanti barangkali setelah kegiatan ini ada suatu rekomendasi
sebagai acuan dalam pengkajian dan pengembangan seni budaya Betawi ke
depan.
“Perlu diketahui bersama bahwa hasil
dari kegiatan ini, Insya Allah dalam waktu dekat ini akan kami pentaskan
di beberapa kota di Indonesia,” ungkap Taufik Ahmad, Bidang Pengkajian
dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Budi Sobar, praktisi teater yang dalam
hal ini sebagai sutradara Topeng Blantek mengatakan bahwa permainan
Topeng Blantek ini bermula dari 5 (lima) orang pemuda yang beraktifitas
di sawah pulang dari sawah membawa sundung pembawa rumput, membawa
ternak, membawa tikar untuk rebahan istirahat, membawa panci untuk
ngeliwet disawah.
“Sekali lagi bahwa dengan keberadaan
sundung inilah sebagai simbol orang-orang sawah dan begitu juga dengan
kain hitam dan kain perca sebagai latar panggung yang menyimbolkan kaum
urban,” jelasnya.
Menurut Anus Irwan, praktisi musik
sekaligus sutradara pentas tari Zapin bahwa Tari Zapin diiringi dengan
musik gambus, biola, marawis, dan sekarang telah ditambah dengan alat
musik gitar bas dan akordion sebagai pelengkap. Tari Zapin merupakan
tari penghormatan yang mempunyai gerakan mundur yang memiliki filosofi
untuk menghormati yang dikhususkan dalam acara (rahat) keluarga/santai
dikalangan keluarga keturunan Arab di Indonesia.
“Alhamdulillah sekarang udah menyebar untuk umum dan berkembang pesat di Indonesia,” harapnya.
Tarman Tri Darma, praktisi Silat
menambahlan bahwa Pencak silat Betawi yang sering kita kenal dengan
orang-orang, penokohan, ulama-ulama, serta pahlawannya. Bela diri
ditanah Betawi dikenal dengan sebutan maen pukulan beserta dengan
aliran-aliran. Jurusannya dimana setiap kampung mempunyai jurusan dan
aliran, salah satunya adalah di Tanah Abang yaitu aliran jurus maen
pukulan Sabeni. Sabeni adalah nama salah satu tokoh persilatan yang
kondang didaerah Tanah Abang dan sekitarnya.
“Dan aliran Sabeni mempunyai gerakan dan
bentuk gerakan yang khas, diantaranya sontokan, sikutan, sentakan,
uliran, dan banyak lagi bentuk gerakan lainnya,” tutupnya. (ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar