RADARINDONESIANEWS.COM,
JAKARTA - Dalam kebudayaan Indonesia kita mengenal beberapa folklore
yang sudah mendarah daging dan menjadi ciri khas budaya di tanah air.
Folklore adalah budaya yang terus berkembang di dalam masyarakat
diantaranya : Folklore Dance, Folklore Musik, Folklore Teater. Folklore
yang jarang sekali kita temui pada masa kini yaitu sastra lisan atau
teater tutur yang menjadi cikal bakal dari kesusastraan bahasa
Indonesia.
Demikian pernyataan Bang Atien Kisam, praktisi seni budaya Betawi disela pertunjukan Shohibul Hikayat berjudul Hikayat Abu Wahmi hasil Revitalisasi Shohibul Hikayat (17/10) di Gedung Pusat Laboratorium Tari & Kesenian Karawitan Condet, Jl Balai Rakyat No 64 Balekambang, Condet, Jakarta Timur.
Turut hadir Bapak Rohim, Ibu Wanti, panitia penyelenggara Revitalisasi Shohibul Hikayat Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa beserta jajarannya, Bang Yahya Andi Saputra, praktisi seni budaya Betawi, Nasir Mupid, praktisi seni budaya Betawi, Abdul Aziz, pemerhati seni budaya Betawi, serta para peserta dari UHAMKA Pasar Rebo dan Komunitas Seni Se DKI Jakarta.
Dijelaskannya bahwa sebagaimana sastra lisan atau teater tutur Betawi yang menyuguhkan tontonan menjadi tuntunan, diantaranya : Buleng, Shohibul Hikayat, Gambang Rancage, Jantuk. Dan sastra lisan atau teater tutur Betawi tersebut sudah jarang ditampilkan atau hilang tergerus kemajuan jaman.
“Oleh karena itu mari kita semua bersama untuk terus menggali dan berupaya membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan sastra lisan tersebut. Sebab seni sastra lisan Betawi dapat menjadi alternatif profesi dan juga bisa bermanfaat untuk wadah berbagi ilmu dan berbagi kebaikan,” jelasnya.
Dikesempatan yang sama Bapak Rohim, panitia penyelenggara Revitalisasi Shohibul Hikayat Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengatakan bahwa kegiatan ini memang sangat menyita waktu para peserta dan juga pengajar. Namun demikian kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kepedulian kami dalam rangka turut serta melestarikan dan mengembangkan Shohibul Hikayat ditengah masyarakat. Dan Insya Allah pada tahun 2016 nanti, kegiatan Kebetawian akan menjadi skala prioritas terprogram Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berbasis komunitas.
“Oleh karena itu diharapkan kepada peserta untuk menjadikan kegiatan tidak hanya seremonial saja, tapi dapat ditindaklanjuti hingga membuat suatu komunitas dari hasil kegiatan ini,” harapnya
Bu Wanti, panitia penyelenggara Revitalisasi Shohibul Hikayat Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengucapkan selamat dan sukses, semoga Shohibul Hikayat manfaat bagi semua serta dapat menjadi corong budaya masyarakat Jakarta. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama dalam membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya Betawi khususnya sastra lisan Betawi Shihibul Hikayat yang merupakan khazanah budaya bangsa.
“Dan mudah-mudahan Shohibul Hikayat membumi di Betawi,” tandasnya. (mtg/ziz)
Demikian pernyataan Bang Atien Kisam, praktisi seni budaya Betawi disela pertunjukan Shohibul Hikayat berjudul Hikayat Abu Wahmi hasil Revitalisasi Shohibul Hikayat (17/10) di Gedung Pusat Laboratorium Tari & Kesenian Karawitan Condet, Jl Balai Rakyat No 64 Balekambang, Condet, Jakarta Timur.
Turut hadir Bapak Rohim, Ibu Wanti, panitia penyelenggara Revitalisasi Shohibul Hikayat Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa beserta jajarannya, Bang Yahya Andi Saputra, praktisi seni budaya Betawi, Nasir Mupid, praktisi seni budaya Betawi, Abdul Aziz, pemerhati seni budaya Betawi, serta para peserta dari UHAMKA Pasar Rebo dan Komunitas Seni Se DKI Jakarta.
Dijelaskannya bahwa sebagaimana sastra lisan atau teater tutur Betawi yang menyuguhkan tontonan menjadi tuntunan, diantaranya : Buleng, Shohibul Hikayat, Gambang Rancage, Jantuk. Dan sastra lisan atau teater tutur Betawi tersebut sudah jarang ditampilkan atau hilang tergerus kemajuan jaman.
“Oleh karena itu mari kita semua bersama untuk terus menggali dan berupaya membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan sastra lisan tersebut. Sebab seni sastra lisan Betawi dapat menjadi alternatif profesi dan juga bisa bermanfaat untuk wadah berbagi ilmu dan berbagi kebaikan,” jelasnya.
Dikesempatan yang sama Bapak Rohim, panitia penyelenggara Revitalisasi Shohibul Hikayat Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengatakan bahwa kegiatan ini memang sangat menyita waktu para peserta dan juga pengajar. Namun demikian kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kepedulian kami dalam rangka turut serta melestarikan dan mengembangkan Shohibul Hikayat ditengah masyarakat. Dan Insya Allah pada tahun 2016 nanti, kegiatan Kebetawian akan menjadi skala prioritas terprogram Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berbasis komunitas.
“Oleh karena itu diharapkan kepada peserta untuk menjadikan kegiatan tidak hanya seremonial saja, tapi dapat ditindaklanjuti hingga membuat suatu komunitas dari hasil kegiatan ini,” harapnya
Bu Wanti, panitia penyelenggara Revitalisasi Shohibul Hikayat Pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengucapkan selamat dan sukses, semoga Shohibul Hikayat manfaat bagi semua serta dapat menjadi corong budaya masyarakat Jakarta. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama dalam membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya Betawi khususnya sastra lisan Betawi Shihibul Hikayat yang merupakan khazanah budaya bangsa.
“Dan mudah-mudahan Shohibul Hikayat membumi di Betawi,” tandasnya. (mtg/ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar